-->

Wednesday, April 7, 2010

Mereposisi Karakter IPNU-IPPNU Bojonegoro


Mereposisi Karakter IPNU-IPPNU Bojonegoro

Oleh : H. Imam Syafi’I & Usman Roin


Membenahi, inilah satu kata pembuka untuk anda semua Rekan dan Rekanita IPNU-IPPNU Bojonegoro yang tercinta. Sesuai dengan misi Kabupaten Bojonegoro yang ke empat yakni “Peningkatan Taraf Hidup Masyarakat Yang Berlandaskan Iman dan Taqwa”, maka IPNU-IPPNU sebagai generasi muda Nahdlatul Ulama harus memulai diri untuk sadar dan mawas diri bahwa anda semua adalah pelajar yang hadir diusia remaja. Meminjam bahasa Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono dalam bukunya “Psikologi Remaja” (2004:8) yakni, masa transisi dari anak ke dewasa.

Oleh karena itu, puncak perkembangan jiwa anda ditandai dengan adanya proses perubahan dari kondisi entropy yakni, keadaan dimana kesadaran manusia masih belum tersusun rapi. Walaupun isinya sudah banyak (pengetahuan, perasaan dan sebagainya), namun isi tersebut belum bisa berfungsi secara maksimal. Kemudian dari entropy akan beralih ke negantropy yakni, keadaan dimana isi kesadaran tersusun dengan baik, pengetahuan yang satu terkait dengan pengetahuan yang lain dan pengetahuan jelas hubungannya dengan perasaan atau sikap. Lalu apa hubungannya dengan karakter IPNU-IPPNU Bojonegoro?

IPNU-IPPNU lahir dari NU, dengan misi keterpelajaran yang apabila disambungkan dengan masalah kewajiban remaja, akan tampak karakter sifat remaja. Yakni, mencari identitas dan secara pribadi akan labil, baik dalam pemikiran, perasaan maupun emosionalnya, sehingga pada masa ini akan mudah sekali dipengaruhi. Maka, bila IPNU-IPPNU Bojonegoro tidak bisa menempatkan konteks perjuangannya dengan analisa psikologi serta pendekatan berbagai science lainnya sebagai media untuk belajar, brejuang dan bertaqwa, alhasil kegegalanlah yang yang ada dikemudian hari.

Reposisi Karakter

Karakter dalam pengertian kamus Ilmiah Populer bermakna “suatu cirri khusus dari pada seseorang terutama wataknya, sehingga ia berbeda dengan orang lain” . Pengertian tersebut bila dihubungkan dengan organisasi, maka organisasipun mempunyai karakter yang berbeda-beda yakni, cara pikir dan cara bertindak orang-orangnya sama-sama mencirikan sesuatu.

Bila demikian, pemahaman terhadap karakter organisasi akan lebih membuat kader IPNU-IPPNU bisa menghayati dampak keberadaannya pada keberadaan organisasi. Serta bisa mengambil bisa mengambil tindakan perubahan apabila diperlukan untuk kemudian menempatkannya pada substansi yang benar. Maka, upaya menempatkan kembali substansi karakter perjuangan IPNU-IPPNU secara benar inilah yang dinamakan reposisi.

Akar perjuangan IPNU-IPPNU adalah untuk mensosialisasikan komitmen nilai-nilai kebangsaan, keIslaman dan pengkaderan yang kemudian bertambah dengan keterpelajaran. Ini semua sebagai upaya untuk penggalian dan pembinaan potensi sumber daya anak muda NU. Sehingga, kebutuhan kader di tubuh NU diharapkan selalu surplus, yang berimplikasi positif terhadap proses kepemimpinan bangsa.

Komitmen perjuangan kader NU secara kualitas dan kuantitas harus mengarah pada “kecerdasan nalar”, meminjam bahasa Abdul Munir Mulkhan, untuk membaca dan menganalisis kehidupan berdasarkan pendekatan prinsip moderat (attawasuth), keadilan (al I’tidal), dan berimbang (attawazun).

Dengan akar perjuangan dan pendekatan prinsip-prinsip diatas, inilah reposisi pertama yang harus dibangun IPNU-IPPNU Bojonegoro yakni, karakter keterpelajaran bukan (kemahasiswaan). Sebab, dengan pangsa pasar remaja, maka organisasi perlu menganalisa kepada siapa IPNU-IPPNU ini akan kita persembahkan (link and mach) antara kebutuhan dunia pelajar dan organisasi.

Reposisi kedua adalah Voice of Decent (suara nurani tentang kebenaran). Harus tumbuh keyakinan kalau anda yang lakukan di IPNU-IPPNU itu benar-benar sebuah panggilan nurani. Sehingga, bila anda sukses, maka kesuksesan yang anda raih hari ini setidaknya merupakan cermin kejernihan jiwa anda untuk mengakui selanjutnya menumbuhkan empati bahwa “saya adalah kader yang sukses dari IPNU-IPPNU atas kehendak dan kebaikan dari Allah SWT”.

Reposisi yang ke tiga, Check your ego at the door (periksa diri sebelum menilai orang lain). Hal ini memberikan cerminan, bahwa merendahkan, mengejek dalam bentuk apapun terhadap seseorang, baik tentang kepribadian, bentuk tubuh, keadaan sosial dan sebagainya janganlah dilakukan. Sebab, tidak ada masalah yang selesai dengan hal tersebut dan yang ada adalah perasaan tersakiti serta komentar dan sikap yang membuat orang merasa direndahkan oleh anda. Reposisi ini memberikan pelajaran, bahwa menciptakan iklim yang kondusif di IPNU-IPPNU sangatlah perlu. Maka, IPNU-IPPNU sudah saatnya belajar ilmu psikologi sehingga antar satu kader dengan kader yang lain bisa saling memotivasi mewujudkan visi keterpelajaran sesuai dengan konteks kedaerahan.

Reposisi keempat Empathy (berdiri pada posisi orang lain). Inilah sikap yang belum menjiwai kader IPNU-IPPNU Bojonegoro. Yakni, kesadaran untuk lebih toleran atas tanggungjawab bersama dan mencoba merasakan dan meraba diri, mampukah saya bila berada di posisinya dengan berbagai tekanan, perbedaan pendapat dan superioritas ego kader atas ketidakpuasan? Bila anda tidak sadar, maka yang ada hanyalah sikap acuh tak acuh dan masing-masing merasa “inilah saat yang saya tunggu”.

Akhirnya saya tunggu perbaikan anda.


* H. Imam Syafi’ie adalah mantan Ketua Umum PC IPNU Bojonegoro

* Mantan Ketua Umum Remaja Masjid Islam Masjid Agung Jawa Tengah

No comments: